BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan
masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi
dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan
ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan
inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter .
Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang
senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter
dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa
menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu
digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli
ekonomi Islam modern, seperti Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan
‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai
jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat
menjamin keamanan transaksi karena keduanya memberikan keseimbangan nilai
terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses
terwujudnya ekonomi makro yang kuat dengan dukungan penuh mata uang yang
berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya inflasi dapat mendistorsi
harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan
terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari
itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama kebijakan moneter.
Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi merupakan salah
satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom, pemerintah,
maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan dikembangkan
supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud inflasi?
2.
Apakah yang dimaksud teori inflasi islam?
3.Faktor-faktor
penyebab timbulnya inflasi di Indonesia ?
4.
Apahkah dampak yang ditimbulkan dari inflasi?
5.
langkah-langkah apa saja yang
harus di ambil untuk mencegah terjadinya inflasi?
6.
Bagaimana cara mengatasi inflasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inflasi
Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan
inflasi konvensional. Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala
kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari pengertian
ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana
banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara
alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru
suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak
ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan
terjadinya inflasi tersebut.
B. Teori Inflasi Islam
Meski
sebagian kalangan "penggila" dinar dan dirham mengatakan
bahwa Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil dengan
digunakannya mata uang dinar dan dirham.
Penurunan nilai masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang
nilai nominal dinar itu mengalami penurunan, diantaranya
akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali
kemungkinannya. Kendati menarik, sesungguhnya gagasan tersebut memiliki
kelemahan. Pada kenyataannya sejarah membuktikan bahwa mata uang dînâr dan
dirham pernah mengalami goncangan yang luar biasa sehingga
mengakibatkan masyarakat kesulitan bertransaksi. Goncangan tersebut diakibatkan
oleh perilaku ekonomi manusia yang destruktif dan gejolak alam yang sangat
besar.
Di sisi
lain, pandangan Islam yang asli pun mengungkapkan bahwa penggunaan mata
uang dînâr dan dirham bukanlah perintah
agama, melainkan produk tradisi. Jika suatu tradisi manusia menghendaki
penggunaan mata uang dînâr emas dan dirham perak,
maka mata uang itulah yang wajib digunakan. Jika suatu tradisi menghendaki mata
uang yang berbeda, maka mata uang yang berbeda itulah yang digunakan. Dengan
demikian pandangan Islam seperti ini sangat fleksibel dengan perkembangan
pemikiran dan tradisi yang berlaku di zamannya.
Ekonom
Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M – 1441M), yang merupakan salah satu
murid Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu natural
inflation dan human error inflation.
1. Inflasi
Alamiah (Natural Inflation)
Inflasi
Alamiah adalah inflasi yang terjadi secara alami,bukan disebabkan oleh berbagai
macam penyimpangan yang dilakukan oleh para penguasa negara. Misalnya ketika
suatu bencana banjir terjadi,maka akan terjadi gagal panen diberbagai sawah
sehingga terjadi kelangkaan bahan makanan dan meningkatnya harga bahan makanan.
Bahkan
dampak dari inflasi alamiah ini adalah inflasi ini terus terjadi secara
berkesinambungan karena merupakan implikasi dari bencana alam tersebut yang
mengakibatkan kacaunya aktifitas ekonomi dibidang produksi barang atau bahan
makanan. Kelangkaan bahan makanan dan kenaikan harga barang ini akan turut
berakibat pada meningkatnya upah dan gaji pekerja.[1]
Ketidak
seimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi dizaman Rasulullah SAW.
Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau mempengaruhi
pergerakan harga ini sesuai Hadist: Anas meriwayatkan, ia berkata:
Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai Rasululluah, harga-harga
barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu
menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi riszki. Aku
berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku
tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”
2. Inflasi
Kesalahan Manusia (Human Error Inflation)
Inflasi
ini disebabkan secara sengaja karena kesalahan manusia, antara lain korupsi dan
administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan dan percetakan uang untuk maksud
menarik keuntungan yang berlebihan.[2] Korupsi
sudah sering terjadi diberbagai negara, termasuk di Indonesia sendiri.
Perbuatan korupsi sungguh telah mencerminkan buruknya moral para
petinggi-petinggi negara. Para petinggi tersebut menggunakan jabatan mereka
sebagai sebuah ‘sarana’ untuk melakukan tindak korupsi. Perbuatan ini sungguh
sangat merugikan negara dan masyarakat karena semua sektor telah dikuasai oleh
para koruptor dan menyebabkan berkurangnya secara drastis para tenaga kerja
Indonesia.
Sedangkan
pajak yang berlebihan adalah penerapan sistem pajak pada setiap usaha yang
digeluti oleh masyarakat, dan pajak yang diterapkan melebihi dari standar
tiap-tiap produk yang dihasilkan, hal ini sangat merugikan para tenaga kerja
dan para pengusaha-pengusaha lokal, seperti petani. Hasil panen yang dijual
tidak seberapa dibanding pajak yang hartus dibayar, hal ini menyebabkan
keengganan petani untuk bekerja dan merendahnya jumlah pasokan bahan pangan dan
terjadi kelangkaan sehingga terjadi kenaikan harga.
C. Faktor-faktor Penyebab
Timbulnya Inflasi
1. Jumlah uang beredar
Menurut
sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah faktor utama yang di
tuding sebagai penyebab timbulnya inflasi di setiap Negara berkembang, tidak
terkecuali di Indonesia. Di Indonesia jumlah uang beredar ini lebih banyak
diterjemahkan dalam konsep narrow money (MI). Hal ini terjadi karena masih
adanya tanggapan, bahwa uang dikuasai hanya merupakan bagian dari likuiditasi
perbankan. Sejak tahun 1976 presentase uang kuartal yang beredar (48,7%) lebih
kecil daripada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%).sehingga
mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter
Indonesia juga mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian
jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya moneterisasi dalam
kegiatan perekonomian subsisten, akibatnya memberikan kecenderungan
meningkatnya laju inflasi. Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia
menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada
periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara
ASEAN lainnya (kecuali Filipina).kenaikan jumlah uang beredar di Indonesia pada
tahun 1970-an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan
kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini
dapat merupakan efek langsung dari kebijakan Bank Indonesia dalam sector
keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement)
2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah
Seperti
halnya yang umum terjadi pada Negara berkembang, anggaran belanja pemerintah
Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip
anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak sekali disebabkan
oleh hal-hal yang menyangkut keterangan struktural ekonomi Indonesia, yang acap
kali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun.
Selama pemerintahan Orde lama defisit anggaran belanja ini acapkali di biaya
dari dalam negeri dengan cara melakukan pencetakan uang baru, mengingat
orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy,
sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat, tetapi sejak era Orde Baru,
defisit anggaran belanja ini di tutup dengan pinjaman luar negeri yang nampaknya
relatif aman terhadap tekanan inflasi.
Dalam era
pemerintahan Orde baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang
telah dicanangkan sejak Pembangunan Jangka Panjang, menyebabkan kebutuhan dana
untuk melakukan pembangunan sangat besar. Dengan mengingat bahwa potensi
mobilisasi dana pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan
masyarakat maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat
terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam
melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor
pembangunan. Hal ini menyebabkan pos pengeluaran APBN menjadi lebih besar
daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam
investasi tidak dapat di imbangi dengan penerimaan, sehingga menimbulkan
kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan Negara, atau dapat dikatakan
telah defisit struktural dalam keuangan Negara.
Pada saat
terjadinya oil booming, era tahun 70-an, pendapatan pemerintah di sector migas
meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri
semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestic yang
relatif lebih lamban akibat kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam
keadaan under-employment, peningkatan permintaan (investasi) pemerintah
menyebabkan terjadi relokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah, seperti
yang terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya tekanan inflasi. Tetapi, sejak berubahnya orientasi
ekspor Indonesia ke komoditi non migas, sejalan dengan merosotnya harga minyak
bumi di pasar ekspor (sejak 1982), menyebabkan kemampuan pemerinntah untuk
membiayai pembangunan nasional semakin berkurang pula, sehingga pemerintah
tidak dapat lagi mempertahankan posisinya sebagai penggerak (motor)
pembangunan. Dengan kondisi seperti ini, menyebabkan secara bertahap peran
sebagai penggerak utama pembangunan nasional, dengan demikian sumber tekanan
inflasi pun beralih dari pemerintah ke non pemerintah (swasta). Tekanan inflasi
pada periode ini lebih di sebabkan oleh meningkatnya tingkat agresifitas sektor
swasta dalam melakukan ekspansi usaha, yang didukung oleh perkembangan sektor
perbankan yang semakin ekspansif pula. Dengan kondisi sumberdaya modal domestic
yang masih saja relatif terbatas, maka pinjaman luar negeri yang sifatnya
komersial maupun non komersial pun semakin meningkat. Peran pemerintah ini
dapat dimaklumi karena kemampuan swasta nasional dalam pembangunan
infrastruktur ekonomi masih sangat terbatas.
D. Efek
Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap
pendapatan (Equity Effect)
Efek
terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula
yang di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan
tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh
pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan
menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut,
yakni Rp.50.000,00
2. Efek terhadap
efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap
Output (Output Effect)
Dalam
menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek
inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output
tertentu tersebut.
4. Inflasi dan
Perkembangan Ekonomi.
Inflasi yang
tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus
menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap setiap tanah,
rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan
investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran
akan terwujud.
5. Inflasi dan
Kemakmuran masyarakat.
Disamping
menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
a. Inflasi akan
menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan
mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c. Memperburuk
pembagian kekayaan.
E. Cara Mencegah Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan
ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur jumlah uang
yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh bank
sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan
inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya.
Terdapat tiga kebijakan yang dapat di tempuh bank sentral dalam mengatur
inflasi :
a. Kebijakan Diskonto.
Kebijakan diskonto (discount policy)
adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uanng dengan jalan
menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu
dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi hasil.
b. Operasi Pasar Terbuka.
Yaitu
dengan jalan membeli dan menjual surat-surat berharga.
c. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy).
Yaitu
kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan
dan menurunkan presentasi persediaan kas dari bank.
2.
kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan
fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serrta perpajakan
yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta
kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat
ditekan.
3.
Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output.
Kenaikan
Output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan
harga.
4.
kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing.
Ini
dilakukan dengan penentuam ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap).
Kalau indeks harga naik maka gaji/upah juga dinaikan.
5. Kebijakan Lain
1. Peningkatan Produksi.
Meski
jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan peningkatan produksi, maka
tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan ekonomi.
2. Kebijakan
Upah.
Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan
pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) masyarakat.
3. Pengawasan
Harga.
Kecenderungan
dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat diatasi dengan adanya pengawasan harga
pasar.
6. Perbaikan Prilaku Masyarakat
Dalam
mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya perbaikan
prilaku masyarakat. Sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak
didasarkan kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan revolusioner
yang mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam mulia emas dan perak,
melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi manusia yang berada di sekitar mata
uang tersebut.
Ciri
kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah
sama, yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata
uang dînâr-dirham pernah rusak karena penimbunan dan
pemalsuan, sedangkan mata uang kertas pernah rusak karena pembungaan dan
spekulasi. Krisis moneter di akhir tahun sembilan puluhan dan krisis global
yang terjadi baru-baru ini, bersumber dari pembungaan dan spekulasi tersebut.
Sedangkan
menurut M. Hatta[2] setidaknya
ada tujuh kebijakan moneter Islam yang dapat mengendalikan inflasi baik secara
langsung maupun tidak langsung, yaitu: Dinar dan dirham sebagai mata uang,
hukum jual beli mata uang asing, hukum pertukaran mata uang, hukum bunga, hukum
pasar modal, hukum perbankan, hukum pertukaran internasional, dan otoritas
kebijakan moneter
F. Cara Mengatasi Inflasi
Untuk
mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1.
Peningkatan tingkat suku bunga
2. Penjualan surat
berharga
3. Peningkatan cadangan
Kas
4. Pengetatan
pemberian kredit
Dalam
pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi pemerintah harus mampu menciptakan
kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate menjadi single digit,
sekitar 8%. Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen yaitu interest rate,
inflation rate dan exchange rate, yang semuanya saling tergantung dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Di sisi lain, dengan diturunkannya BI rate, hal
tersebut berpengaruh pada turunnya suku bunga perbankan dan akan mendorong investor
menanamkan investasi lebih banyak. Aktivitas perekonomian terus berputar.
Dengan demikian akan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar secara
bertahap, sehingga pendapatan masyarakat akan ikut naik. Dalam rangka
menungkatkan iklim investasi secara nasional guna menanggulangi dan
meningkatkan di sektor riil.
BAB III
KESIMPULAN
1. inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi
kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang
terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara
bahkan dunia
2.
Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah uang beredar, defisit anggaran
belanja pemerintah
3.
Efek yang ditimbulkan dari
Inflasi yaitu: 1 Efek terhadap
pendapatan (Equity Effect), 2 Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect), 3
Efek terhadap Output (Output Effect), 4 Inflasi dan Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
4.
Cara mencegah Inflasi yaitu: Kebijakan
moneter, kebijaksanaan
fiskal, kebijaksanaan yang berkaitan
dengan Output, kebijaksanaan Penentuan
Harga dan Indexing, kebijakan
lain, perbaikan prilaku
masyarakat.
5.
Cara mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi
terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
1. Peningkatan
tingkat suku bunga.
2. Penjualan surat
berharga.
3. Peningkatan
cadangan Kas.
4. Pengetatan
pemberian kredit.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
Hasan. 2006. Telaah Komprehensif
Sistem Keuangan Islami. Jakarta:
Rajawali Pers.
Ahmad, Mustaq. Dr. 2003. Etika Bisnis dalam
Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Qardawi,
Yusuf. 1997. Peran Nilai dan Moral
dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Rabbani Press.
Hasannudin,
Drs., MA. 2008. Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Lembaga Pengesahan
FIDKOM.
Herlambang,
Tedy dkk. 2006. Teori Ekonomi dan
Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Karim,
Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islami.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
M.
Umar Capra. Dr. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema insani
Press.
Toni
Hartono. Dr. 2006. Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia.
Bandung: PT remaja Rosdakarya.
Sjahrir.
1999. Masuk Krisis Keluar Krisis Para Tokoh Menggugat. Jakarta: Erlangga.
http://www.jurnal-ekonomi.org/2008/06/16/telaah-singkat-pengendalianinflasi-
[1]
Hasannudin, Sistem Ekonomi Islam,
Jakarta: Lembaga Pengesahan FIDKOM, 2008, hal 92.
[2]
http://www. Jurnal-ekonomi.org/2008/06/telaah-singkat-pengendalianinflasi-dalam-persfektif-kebijakan-moneter-islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar